penyerahan VR headset 1000VR untuk pendidikan

1000 Virtual Reality Sebagai Literasi Risiko Bencana

SIAGABENCANA.COM – Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia (SiagaBencana.com dan Box Breaker) membuat sebuah program 100 Virtual Reality untuk literasi risiko bencana secara umum. Target penerima program ini adalah masyarakat Indonesia. 

Pelaksana program perdana dilakukan ke daerah berisiko tinggi, yaitu daerah pesisir selatan Banten tepatnya berada di daerah Lebak Selatan. Tim SiagaBencana.com memilih masyarakat Desa Panggarangan yang tergabung dalam komunitas Gugus Mitigasi Lebak Selatan sebagai penerima 3 alat Virtual Reality sebagai alat ajar yang lebih menarik tentang kesiapsiagaan bencana tsunami pada Sabtu (02/07/2022). 

Pembagian VR tersebut sebagai bentuk edukasi risiko bencana agar masyarakat jauh lebih tertarik, mudah memahami, dan sadar akan bahaya ancaman bencana yang tidak tahu kapan dan dimana datangnya. Sebagai tambahan informasi, Lebak Selatan adalah wilayah pertama yang menerima VR dari program tersebut. Diketahui Lebak Selatan adalah salah satu wilayah yang rawan akan terjadi ancaman gempabumi dan tsunami. 

Potensi gempa tektonik tersebut karena adanya patahan atau sesar di Perairan Samudera Hindia dengan Benua Indo-Australia. Lalu, di bagian selatan juga Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur. Bahkan, BMKG telah menyinggung potensi gempa Megathrust berkekuatan besar yang berpusat di pantai pesisir Lebak.

Bekerja sama dengan UNESCO yang telah membuat dua communication tools Tsunami Ready, yaitu video series animasi Tsunami Ready dan Tsunami Ready Boardgame. Kedua konten tersebut menjadi konten perdana yang diberikan sebagai media pembelajaran tentang mitigasi bencana.

TSUNAMI READY

Tsunami Ready adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC. 

12 Indikator Tsunami Ready

  1. Penetapan wilayah bahaya tsunami dan masyarakat memiliki peta bahaya tsunami.
  2. Masyarakat memiliki informasi perkiraan jumlah orang yang berada di wilayah bahaya tsunami.
  3. Masyarakat menempatkan informasi publik tentang tsunami di wilayahnya.
  4. Masyarakat memiliki inventaris dari sumber daya ekonomi, infrastruktur, politik, dan sosial untuk pengurangan risiko bahaya tsunami di tingkatnya.
  5. Masyarakat memiliki peta evakuasi tsunami yang mudah dimengerti, yang disusun bersama dengan pihak berwenang dan berkolaborasi dengan masyarakat.
  6. Masyarakat mengembangkan dan mendistribusikan materi pendidikan dan kesiapsiagaan. 
  7. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan paling tidak 3 kali setahun. 
  8. Masyarakat melaksanakan pelatihan tsunami paling tidak 2 tahun sekali. 
  9. Masyarakat memiliki rencana operasi darurat tsunami. 
  10. Masyarakat memiliki kapasitas untuk mendukung pelaksanaan tanggap darurat tsunami. 
  11. Masyarakat memiliki kemampuan menerima peringatan dini 24/7 dengan berbagai cara yang andal.
  12. Masyarakat memiliki kemampuan menyampaikan peringatan dini ke public 24/7 dengan berbagai cara yang andal. 
capacity building safe school mevement ranger

Peningkatan Kapasitas SPAB bersama Safe School Movement

SIAGABENCANCA.COM – Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia (YABI) bersama Sky Volunteer (Synersia Foundation) menggelar kegiatan Capacity Building for Safe School Ranger yang diselenggerakan pada 20-21 Januari 2024 di markas Sky Volunteer, Sumedang, Indonesia.

Kegiatan tersebut menghadirkan beberapa pakar dibidangnya, yakni Dr. Sonny Aribowo dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Achmad Fakhrus Shomim, S.Si. dan Dr. Nuraini Rahma Hanifa dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN & U-INSPIRE Indonesia, dan Tasril Mulyadi dari YABI.

FOTO : SiagaBencana.com

Kegiatan yang diikuti oleh relawan Sky Volunteer yang sudah bergerak ke sekolah-sekolah, serta mahasiswa dari universitas dan pesantren ini akan mendapatkan pelatihan yang mana kemudian akan disampaikan masyarakat luas. Peserta akan mendapatkan materi pembahasan tentang keberadaan sesar yang ada di Sumedang dan memberikan peningkatan kapasitas bagi pada relawan.

Materi peningkatan kapasitas tersebut mencakup, (1) Orientasi pelatihan, (2) Konsep penanggulangan bencana, (3) Pengantar Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), (4) Public Speaking, (5) Praktik micro teaching

Dr. Sonny Aribowo memberikan materi. FOTO : SiagaBencana.com

Tasril dalam paparannya mengatakan ada beberapa tahapan-tahapan implementasi yang harus dilakukan, tidak bisa langsung datang ke sekolah dan dicap sudah melakukan SPAB. Sebab ada poin-poin khusus yang harus dipenuhi.

Tasril Mulyadi memaparkan bencana di Indonesia. FOTO : SiagaBencana.com

“Meningkatkan kesiapsiagaan bukan hanya peran satu pihak saja. Tapi tanggung jawab kita semua, dan di sinilah kami Safe School Movement mencoba memberikan kontribusi. Meskipun tidak banyak”, ucap Tasril.

Di kesempatan kegiatan tersebut Septian Firmansyah, Founder Sky Volunteer menjelaskan bahwa di satuan pendidikan tercatat lebih dari 1000 sekolah dan puluhan ribu siswa yang menjadi tanggung jawab bersama. Sedangkan belum banyak dari kita yang mampu mendampingi sekolah untuk menjadi satuan pendidikan aman bencana. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa harapannya kegiatan peningkatan kapasitas ini menjawab tantangan tersebut.

Kegiatan peningkatan kapasitas ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan satuan pendidikan menghadapi bencana. Sebab dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan tangguh terhadap risiko bencana, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan komunitas lokal.  

penyerahan-pataka-rempug-sumedang-tandang

IDA CAMP #4 : Sosialiasi Pesantren Adaptasi Bencana

SIAGABENCANA.COM – Rabu (24/01/24), pembukaan kegiatan Kemah Adaptasi Bencana Indonesia (IDA Camp) #4 telah dilaksanakan di Ponpes Al-Hikamussalafiyah, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 24-26 Januari 2024 ini mengusung tema “Pesantren Adaptasi Bencana”. Kegiatan diikuti oleh perwakilan 300 Forum Pondok Pesantren se-Kabupaten Sumedang dan dihadiri berbagai multi stakeholders dari lima pilar pentahelix, mulai dari level nasional, regional hingga lokal. 

FOTO : Istimewa

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, yang hadir mewakili PJ Gubernur Jawa Barat mengatakan, bahwa IDA Camp adalah kegiatan yang selalu dilaksanakan bersama-sama dengan BPBD Jawa Barat, mulai dari IDA Camp #1 di Garut tahun 2023, hingga IDA Camp #4 yang digelar di Sumedang. 

“IDA Camp ini adalah kegiatan yang selalu kami tunggu-tunggu. Ini adalah inisiatif dari para relawan, untuk mensosialisasikan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana di tengah-tengah masyarakat.”

Tidak hanya itu, kegiatan ini turut dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang diwakili oleh Direktorat Bidang Mitigasi, Kapolri yang diwakili Kabaharkam Polri, Menteri Koperasi dan UKM yang diwakili Deputi Bidang Usaha Kecil, serta Mendikbudristek RI yang diwakili oleh Seknas Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Republik Indonesia. 

FOTO : Istimewa

Pemateri pada kegiatan ini diantaranya dari Badan Geologi Kementerian ESDM, BMKG Jawa Barat, Pangdam III/Siliwangi diwakili Korem 062/Tarumanagara, Dandim 0610/Sumedang, LPBI NU Kabupaten Sumedang, PMI Kabupaten Sumedang, relawan dari Indonesia Disaster Adaptive, Konsorsium Relawan Bencana (KIRBI), dan SiagaBencana.com.

Dalam kesempatan kegiatan tersebut, Radhea Anom Karaton Sumedang Larang, Lucky Somawilaga memaparkan terkait mitigasi bencana dalam perspektif kebudayaan, mengatakan bahwa para leluhur Bangsa Sunda telah memberikan teknologi-teknologi mitigasi kepada kita sebagai anak keturunannya, seperti halnya yang tercatat dalam Naskah Galunggung yang berbicara tentang Pataniala sebagai bentuk mitigasi bencana para leluhur Sunda.

Acara IDA Camp #4 resmi dibuka dengan pemotongan tumpeng oleh Pimpinan Ponpes Al-Hikamussalafiyah, K.H. Sa’dullah, S.Q., M.M.Pd., yang diikuti pemukulan kentongan oleh pejabat multipihak yang menghadiri kegiatan tersebut.

Hal tersebut diyakini sebagai simbol kolaborasi multisektor yang peatutnya menjadi semangat yang mendasari setiap giat penanggulangan bencana, utamanya di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

demo-attachment-297-social-work-2356009_1920@2x

Samuel Life in Other Word

When, while the lovely valley teems with vapor around me, and the meridian sun strikes the upper surface of the impenetrable foliage of my trees, and but a few stray gleams steal into the inner sanctuary, I throw myself down among the tall grass by the trickling stream; and, as I lie close to the earth, a thousand unknown plants are noticed by me: when I hear the buzz of the little world among the stalks, and grow familiar with the countless indescribable forms of the insects and flies, then I feel the presence of the Almighty, who formed us in his own image, and the breath of that universal love which bears and sustains us, as it floats around us in an eternity of bliss; and then, my friend, when darkness overspreads my eyes, and heaven and earth seem to dwell in my soul and absorb its power, like the form of a beloved mistress, then I often think with longing, Oh, would I could describe these conceptions, could impress upon paper all that is living so full and warm within me, that it might be the mirror of my soul, as my soul is the mirror of the infinite God!

O my friend — but it is too much for my strength — I sink under the weight of the splendor of these visions! A wonderful serenity has taken possession of my entire soul, like these sweet mornings of spring which I enjoy with my whole heart. I am alone, and feel the charm of existence in this spot, which was created for the bliss of souls like mine.

I am so happy, my dear friend, so absorbed in the exquisite sense of mere tranquil existence, that I neglect my talents. I should be incapable of drawing a single stroke at the present moment; and yet I feel that I never was a greater artist than now.

When, while the lovely valley teems with vapor around me, and the meridian sun strikes the upper surface of the impenetrable foliage of my trees, and but a few stray gleams steal into the inner sanctuary, I throw myself down among the tall grass by the trickling stream; and, as I lie close to the earth, a thousand unknown plants are noticed by me: when I hear the buzz of the little world among the stalks, and grow familiar with the countless indescribable forms of the insects and flies, then I feel the presence of the Almighty, who formed us in his own image, and the breath of that universal love which bears and sustains us, as it floats around us in an eternity of bliss; and then, my friend, when darkness overspreads my eyes, and heaven and earth seem to dwell in my soul and absorb its power, like the form of a beloved mistress, then I often think with longing, Oh, would I could describe these conceptions, could impress upon paper all that is living so full and warm within me.